Penelitian korelasi adalah suatu
penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan data guna menentukan, apakah
ada hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih. Penelitian
ini dilakukan, ketika kita ingin mengetahui tentang ada tidaknya dan kuat
lemahnya hubungan variabel yang terkait dalam suatu objek atau subjek yang
diteliti. Adanya hubungan dan tingkat variabel ini penting, karena dengan
mengetahui tingkat hubungan yang ada, peneliti akan dapat mengembangkannya
sesuai dengan tujuan penelitian.
Menurut Gay (dalam Sukardi, 2008:165)
penelitian korelasional merupakan salah satu bagian penelitian ex-postfacto
karena biasanya peneliti tidak memanipulasi keadaan variabel yang ada dan
langsung mencari keberadaan hubungan dan tingkat hubungan variabel yang
direfleksikan dalam koefesien korelasi.
Penelitian korelasi mempunyai tiga
karakteristik penting untuk para peneliti yang hendak menggunakannya. Tiga
karakteristik tersebut, diantaranya adalah:
a) Penelitian korelasi tepat jika variabel kompleks dan peneliti
tidak mungkin melakukan manipulasi dan mengontrol variabel seperti dalam
penelitian eksperimen.
b) Memungkinkan variabel diukur secara intensif dalam setting
(lingkungan) nyata memungkinkan peneliti mendapatkan derajat asosiasi yang signifikan.
(Sukardi, 2008:166).
Penelitian korelasional bertujuan untuk
menentukan ada tidaknya hubungan, kearah mana hubungan tersebut
(positif/negatif) dan seberapa jauh hubungan ada antara dua variabel atau lebih
(yang dapat diukur). Misalnya hubungan antara kecerdasan dengan kreativitas,
semangat dengan pencapaian, tinggi badan dengan umur, nilai bahasa Inggris
dengan nilai statistika, dan sebagainya. Tujuan dari suatu penyelidikan
korelasi adalah untuk menetapkan atau mengungkapkan suatu hubungan atau
menggunakan hubungan-hubungan dalam membuat prediksi (prakiraan).
Dalam penelitian korelasional, para
peneliti biasanya hanya mendasarkan pada penampilan variabel sebagaimana
adanya, tanpa mengatur kondisi atau memanipulasi variabel tersebut. Oleh karena
itu, peneliti hendaknya mengetahui cukup banyak alasan yang kuat guna
mempertahankan hasil hubungan yang ditemukan.
Penelitian korelasi lebih tepat, jika
dalam penelitian peneliti memfokuskan
usahanya dalam mencapai informasi yang dapat menerangkan adanya
fenomena yang kompleks melalui hubungan antar variabel. Sehingga, peneliti juga
dapat melakukan eksplorasi studi melalui teknik korelasi parsial, di mana
peneliti mengeliminasi salah satu pengaruh variabel agar dapat dilihat hubungan
dua variabel yang dianggap penting.
Di bidang pendidikan, studi korelasi
biasanya digunakan untuk melakukan penelitian terhadap sejumlah variabel yang
diperkirakan mempunyai peranan yang signifikan dalam mencapai proses
pembelajaran. Sebagai contoh, misalnya tentang pencapaian hasil belajar dengan
motivasi internal, belajar strategi, intensitas kehadiran mengikuti kuliah, dan
lain sebagainya.
1. Proses Dasar Penelitian Korelasional
Menurut Gay (1981) sementara studi
hubungan dan studi rediksi mempunyai karakteristik unik yang membedakan
keduanya, proses dasar keduanya sama. Lebih lanjut ia menjelaskan prosedur
dasar penelitian korelasional sebagai berikut :
a) Pemilihan Masalah
Studi korelasional dapat dirancang untuk menentukan variabel mana
dari suatu daftar yang mungkin berhubungan maupun untuk menguji hipotesis
mengenai hubungan yang diharapkan. Variabel yang dilibatkan harus diseleksi
berdasarkan penalaran deduktif dan penalaran induktif. Dengan kata lain,
hubungan yang akan diselidiki harus didukung oleh teori atau diturunkan dari
pengalaman.
b) Sampel dan Pemilihan Instrumen
Sampel untuk studi korelasional dipilih dengan menggunakan metode
sampling yang dapat diterima, dan 30 subjek dipandang sebagai ukuran sampel
minimal yang dapat diterima. Sebagaimana suatu studi, adalah penting untuk
memilih dan mengembangkan pengukuran yang valid dan reliabel terhadap variabel
yang akan diteliti. Jika variabel tidak memadai dikumpulkan, koefisien korelasi
yang dihasilkan akan mewakili estimasi tingkat korelasi yang tidak akurat.
Selanjutnya, jika pengukuran yang digunakan tidak secara nyata mengukur variabel
yang diinginkan, koefisien yang dihasilkan tidak akan mengindikasikan hubungan
yang diinginkan. Sebagai contoh,anda ingin menentukan hubungan antara hasil
belajar matematika dengan hasil belajar fisika. Jika anda memilih dan
menggunakan tes keterampilan berhitung yang valid dan reliabel, koefisien
korelasi yang dihasilkan tidak akan menjadi estimasi akurat dari hubungan yang
diinginkan. Keterampilan berhitung hanya merupakan satu jenis hasil belajar
matematika; koefisien korelasi yang dihasilkan akan mengindikasikan hubungan
antara hasil belajar fisika dan satu jenis dari hasil belajar matematika yaitu
keterampilan berhitung. Oleh karena itu, kita
harus berhati-hati dalam memilih dan menggunakan instrumen yang valid
dan reliabel untuk tujuan penelitian kita.
c) Desain dan Prosedur
Desain korelasional dasar tidaklah rumit; dua atau lebih skor yang
diperoleh dari setiap jumlah sampel yang dipilih,satu skor untuk setiap
variabel yang diteliti, dan skor berpasangan kemudian dikorelasikan. Koefisien
korelasi yang dihasilkan mengindikasikan tingkatan/derajat hubungan antara
kedua variabel tersebut. Studi yang berbeda menyelidiki sejumlah variabel,dan
beberapa penggunaan prosedur statistik yang kompleks, namun desin dasar tetap
sama dalam semua studi korelasional.
d) Analisis Data dan Interpretasi
Bila dua variabel dikorelasikan hasilnya
adalah koefisien korelasi. Suatu koefisien korelasi angka desimal, antara 0,00
dan + 1,00, atau 0,00 dan – 1,00, yang mengindikasikan derajat hubungan dua
variabel. Jika koefisien mendekati + 1,00; kedua variabel tersebut mempunyai
hubungan positif. Hal ini berarti bahwa seseorang dengan skor yang tinggi pada
suatu variabel akan memiliki skor yang tinggi pula pada variabel yang lain,
suatu peningkatan pada suatu variabel berhubungan/diasosiasikan dengan
peningkatan pada variabel lain.
Jika koefisien korelasi tersebut
mendekati 0,00 kedua variable tidak berhubungan. Hal ini berarti bahwa skor
seseorang pada suatu variabel tidak mengindikasikan skor orang tersebut pada
variabel lain. Jika koefisien tersebut mendekati -1,00, kedua variabel memiliki
hubungan yang sebaliknya(negatif). Hal ini berarti bahwa seseorang dengan skor
tinggi pada suatu variabel akan memiliki skor yang rendah pada variabel lain;
peningkatan pada suatu akan diasosiasikan dengan penurunan pada variabel lain,
dan sebaliknya (Gay, 1981 : 185). Interpretasi suatu koefisien korelasi
tergantung pada bagaimana ia akan digunakan. Dengan kata lain, seberapa besar
ia diperlukan agar bermanfaat tergantung pada tujuan perhitunganya. Dalam studi
yang dirancang untuk menyelidiki atau hubungan yang dihipotesiskan, suatu
koefisien korelasi diinterprestasikan dalam istilah signifikansi statistiknya.
Dalam studi prediksi, signifikansi
statistik merupakan nilai kedua dari koefisien dalam memudahkan prediksi yang
akurat. Signifikansi statistik mengacu pada apakah koefisiensi yang diperoleh
berbeda secara nyata dari zero (0) dan mencerminkan suatu hubungan yang benar,
bukan suatu kemungkinan hubungan, keputusan berdasarkan signifikansi statistik
dibuat pada suatu level kemungkinan (probability) yang diberikan. Dengan
kata lain, berdasarkan ukuran sampel yang diberikan, anda tidak dapat
menentukan secara positif apakah ada atau tidak ada hubungan yang benar antara
dua variabel,tetapi anda dapat mengatakan secara probabilitas ada atau tidak
ada hubungan. Untuk menentukan signifikansi statistik, anda hanya
mengonsultasikanya pada tabel yang dapat mengatakan pada anda seberapa besar
koefisiensi anda diperlukan untuk menjadi signifikan pada level probabilitas
yang diberikan. Untuk level probabillitas yang sama, atau level signifikansi
yang sama, koefisien yang besar diperlukan bila sampel yang lebih kecil
dilibatkan.
Kita secara umum memiliki lebih banyak
bukti dalam koefisien yang berdasarkan pada 100 subjek daripada 10 subjek.
Dengan demikian, sebagai contoh, pada level bukti 95% dengan 10 kasus, anda
akan memerlukan sekurangnya koefisien 0,6319 agar dapat menyimpulkan eksistensi
suatu hubungan; di pihak lain, dengan 102 kasus anda hanya memerlukan
koefisiensi 0,1946. Konsep ini berarti bahwa anda memerhatikan kasus tersebut
ketika anda akan mengumpulkan data pada setiap anggoa populasi, bukan hanya
sampel. Dalam kasus ini, tidak ada kesimpulan yang dilibatkan, dan tanpa
memerhatikan seberapa kecil koefisiensi korelasi yang ada, itu akan mewakili
derajat korelasi yang benar antara variabel untuk populasi tersebut.
Ketika penginterprestasian suatu
koefisien korelasi, anda harus selalu ingat bahwa anda hanya berbicara tentang
suatu hubungan, bukan hubungan sebab-akibat. Koefisiensi korelasi yang
signifikan mungkn menyarankan hubungan sebab-akibat tetapi tidak menetapkanya.
Hanya ada satu cara untuk menetapkan hubungan sebab-akibat, yaitu eksperimen.
Bila seseorang menemukan hubungan yang dekat antara dua variabel, hal itu
sering sekali menggoda untuk menyimpulkan bahwa satu menyebabkan lain. Dalam
kenyataan, itu mungkin tidak saling memengaruhi; mungkin terdapat variabel ketiga
yang memengaruhi kedua variabel.
2. Macam Studi Korelasional
a) Studi Hubungan
Studi hubungan dilakukan dalam suatu usaha memperoleh pemahaman
faktor-faktor atau variabel yang berhubungan dengan variabel yang kompleks,
seperti hasil belajar akademik,motivasi, dan konsep diri. Variabel yang
diketahui tidak berhubungan dapar dieliminasi dari perhatian/pertimbangan
selanjutnya. Identifikasi variabel berhungan membantu beberapa tujuan utama.
Pertama, studi demikian memberikan arah untuk melanjutkan studi
kausal-komparatif atau eksperimental. Studi eksperimental mahal dalam lebih
dari satu cara; studi korelasional merupakan cara yang efektif mengurangi studi
eksperimental yang tidak menguntungkan dan menyarankan sesuatu yang secara
potensial produktif.
Dalam studi kausal komparatif dan eksperimental, peneliti
juga berkonsentrasi terhadap
pengontrolan variabel selain variabel bebas yang mungkin berhubungan dengan
variabel terikat dan menyingkirkan pengaruhnya yang tidak akan bercampur dengan
variabel bebas. Studi hubungan membantu peneliti mengidentifkasi
variabel-variabel seperti itu untuk mengontrol, dan selanjutnya menyelidiki
pengaruh variabel yang sesungguhnya. Jika anda tertarik dalam membandingkan
keefektifan metode yang berbeda dari pengajaran membaca untuk kelas 1,
misalnya, anda barangkali ingin mengontrol perbedaan awal dalam kesiapan
membaca.
b) Studi Prediksi
Jika variabel mempunyai hubungan yang signifikan, skor pada satu
variabel dapat digunakan untuk memprediksikan skor pada variabel yang lain.
Peringkat SMA, sebagai contoh, dapat digunakan untuk memprediksikan peringkat
di perguruan tinggi. Variabel yang mendasar pembuatan diacu sebagai kriteria.
Studi prediksi sering ilakukan untuk memudahkan pengambilan kesimpulan mengenai
individu atau membantu pemilihan individu.
Studi prediksi juga dilakukan untuk menguji hipotesis teoretis
mengenai variabel yang dipercaya menjadi pediktor suatu kriteria, dan untuk
menentukan validitas prediktif instrumen pengukuran individual. Sebagai
contoh,hasil studi prediksi digunakan untuk memprediksikan level kesuksesan
yang mungkin dicapai individu dalam mata pelajaran tertentu, seperti aljabar
pada tahun pertama untuk memprediksikan individu mana yang mungkin berhasil di
perguruan tinggi atau dalam suatu program pelatihan kerja. Dan untuk
memprediksikan dalam bidang studi mana seseorang individu mungkin paling
sukses. Dengan demikian, hasil studi prediksi digunakan oleh sejumlah kelompok
disamping para peneliti, seperti konsultan dan personil perizinan. Jika beberapa
variabel prediktor masing-masing mempunyai hubungan dengan suatu variabel
kriteria, prediksi yang didasarkan pada kombinasi dari variabel tersebut akan
lebih akurat daripada didasarkan pada salah satu darinya.
Sebagai contoh, prediksi keberhasilan di perguruan tinggi biasanya
didasarkan pada kombinasi beberapa faktor, seperti peringkat SMA, rangking
dalam peringkat kelas, dan skor pada ujian masuk perguruan tinggi. Walaupun
terdapatzbeberapa perbedaan utama antara studi prediksi dan studi hubungan,
keduanya melibatkan penentuan hubungan antara sejumlah variabel yang
diidentifikasi dan variabel kompleks.
c) Korelasi dan Kausalitas
Penelitian korelasional mengacu pada studi yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan antarvariabel melalui penggunaan statistik
korelasional (r). Kuadrat dari koefisien korelasi menghasilkan varians yang
dijelaskan (r-square). Suatu hubungan korelasional antara dua variabel
kadang-kadang merupakan hasil dari sumber lain, jadi kita harus hati-hati dan
ingat bahwa korelasi tidak harus menjelaskan sebab dan akibat. Jika suatu
hubungan yang kuat ditemukan antara dua variabel, kausalitas dapat diuji
melalui penggunaan pendekatan eksperimental (LaMar,2004;1).
Berbagai rancangan penelitian korelasional didasarkan pada asumsi
bahwa realitas lebih baik dideskripsikan sebagai suatu jaringan timbal balik
dan penginteraksian daripada hubungan kausal. Sesuatu memengaruhi -dan
dipengaruhi oleh- sesuatu yang lain. Jaringan hubungan ini tidak
linier, seperti dalam penelitian eksperimental (Davis, 1997:1).
Dengan demikian, dinamika suatu sistem-bagaimana setiap bagian
yang lain lebih penting kausalitas. Sebagai suatu kaidah, rancangan
korelasional seperti analisis jalur (path analysis) dan rancangan panel
lintas-akhir (cross-lagged panel designs) membolehkan pernyataan-pernyataan
kausal. Penelitian korelasional adalah kuantitatif (ibid).
d) Manfaat Penggunaan Metode Korelasional
Metode korelasional memungkinkan para peneliti menganalisis
hubungan antara sejumlah besar variabel dalam suatu studi tunggal. Koefisien
korelasi memberikan ukuran tingkat dan arah hubungan. Penggunaan metode
korelasional ditujukan (1) untuk mengungkapkan hubungan antarvariabel dan (2)
untuk memprediksi skor subjek pada suatu variabel melalui skor pada variabel
lain.
3. Rancangan Penelitian Korelasional
Penelitian korelasional mempunyai bermacam jenis rancangan, yaitu
(1) korelasi bivariat, (2) regresi dan prediksi (3) regresi jamak, (4) analisis
faktor, dan (5) rancangan korelasi yang digunakan untuk membuat kesimpulan kausal.
(Shaughnessy & Zechmeister,2000:2-5).
a) Korelasi Bivariat
Rancangan penelitian korelasi bivariat adalah suatu rancangan
penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan antara dua variabe;.
Hubungan antara dua variabel diukur. Hubungan tersebut mempunyai tingkatan dan
arah. Tingkat hubungan (bagaimana kuatnya hubungan) biasanya diungkapkan dalam
angka antara -1 dan +1, yang dinamakan koefisien korelasi. Korelai zero (0)
mengindikasikan tidak ada hubungan. Koefisiensi korelasi yang bergerak ke arah
-1 atau +1, merupakan korelasi sempurna pada kedua ekstrem.
Arah hubungan diindikasikan bahwa semakin tinggi skor pada suatu
variabel, semakin tinggi pula skor pada variabel lain atau sebaliknya. Hubungan
antara motivasi dan prestasi belajar merupakan contoh korelasi positif.
Hubungan antara sres dan sehat merupakan contoh korelasi negatif.
b) Regresi dan Prediksi
Jika terdapat korelasi antara dua variabel, dan kita mengetahui
skor pada salah satu variabel, skor pada variabel kedua dapat diprediksikan.
Regresi merujuk pada seberapa baik kita dapat membuat prediksi ini. Sebagaimana
pendekatan koefisien korelasi baik -1 maupun +1, prediksi kita dapat lebih
baik. Sebagai contoh, terdapat hubungan antara stres dan kesehatan. Jika kita
mengetahui skor stres kita, kita dapat memprediksikan skor kesehatan kita
dimasa yang akan datang.
c) Regresi Jamak (Multiple Regression)
Regresi jamak merupakan perluasan regresi dan prediksi sederhana
dengan penambahan beberapa variabel. Kombinasi beberapa variabel ini memberikan
lebih banyak kekuatan kepada kita untuk membuat prediksi yang akurat. Apa yang
kita prediksikan disebut variabel kriteria (criterion variabel). Apa yang kita
gunakan untuk membuat prediksi, variabel-variabel yang sudah diketahui, disebut
variabel prediktor (predictor variables). Jika saya tidak hanya mengetahui skor
stres, tetapi juga mengetahui skor perilaku kesehatan (seberapa baik saya
memperhatikan diri sendiri) dan bagaimana kesehatan saya selama ini (baik saya
secara umum sehat atau sakit), saya akan lebih dapat memprediksikan secara
tepat status kesehatan saya. Dengan demikian, terdapat tiga variabel prediktor
stres, perilaku kesehatan, dan status kesehatan sebelumnya, dan satu variabel
kriteria, yaitu kesehatan di masa akan datang.
d) Analisis faktor
Prosedur statistik ini mengidentifikasi pola variabel yang ada.
Sejumlah besar variabel dikorelasikan dan terdapatnya antarkorelasi yang tinggi
mengindikasikan suatu faktor penting yang umum. Sebagai contoh, kita dapat
mengukur sejumlah besar aspek kesehatan fisik, emosi, mental,dan spiritual.
Setiap pertanyaan akan memberikan kepada kita suatu skor. Korelasi yang tinggi
(baik positif maupun negatif) antara beberapa skor ini akan mengindikasikan
faktor penting yang bersifat umum. Banyak pertanyaan berbeda yang mungkin
mengukur faktor kesehatan emosional. Dalam kasus ini akan terdapat korelasi
yang tinggi antara pertanyaan tentang marah, cemas, depresi, danseterusnya.
Atau di pihak lain, jika masing-masing pertanyaan merupakan factor terpisah,
akan terdapat korelasi yang kecil antara pertanyaan yang berhubungan dengan
marah, cemas, depresi, dan seterusnya.
e) Rancangan Korelasional yang Digunakan untuk Menarik Kesimpulan Kausal
Terdapat dua rancangan yang dapat digunakan untuk membuat
pernyataan-pernyataan tentang sebab dan akibat menggunakan metode korelasional.
Rancangan tersebut adalah rancangan analisis jalur (path analysis design) dan
rancangan panel lintas-akhir (cross-lagged panel design).
Analisis jalur digunakan untuk menentukan mana dari sejumlah jalur
yang menghubungkan satu variabel dengan variabel lainnya. Sebagai contoh, kita
mengetahui terdapat hubungan antara stres dan kesehatan. Analsis jalur
digunakan untuk memperlihatkan bahwa terdapat jalur kecil melaluipsikologi,
jalur utama yang berhubungan dengan stres dan kesehatan melalui perilaku sehat.
Artinya kita mengetahui bahwa stres memengaruhi faktor-faktor psikologi seperti
coronary dan fungsi-fungsi kekebalan. Kita juga mengetahui bahwa kita stres,
kita menghentikan kehati-hatian terhadap diri kita, kita kurang tidur, makan
kurang baik, gagal memperoleh latihan-latihan yang layak, dan seterusnya.
Penelitian memperlihatkan bahwa terdapat hubungan yang lebih kuat antara stres,
perilaku sehat, dan kesehatan daripada antara stres, psikologi, dan kesehatan.
Penelitian ini menggunakan statistic korelasi untuk menggambarkan kesimpulan
ini.
Desain panel lintas-akhir mengukur dua variabel pada dua titik
sekaligus. Itu digunakan, sebagai contoh, untuk melihat bahwa menonton
kekerasan di TV lebih mengarah pada kekerasan perilaku daripada cara lain.
f) Analisis Sistem (System Analysis)
Desin ini melibatkan penggunaan prosedur matemetik yang
kompleks/rumit untuk menentukan proses dinamik, seperti perubahan sepanjang
waktu, jerat umpan balik, serta unsur dan aliran hubungan. Sebagai contoh,
sistem analisis digunakan untuk menggambarkan/ membuat diagram perbedaan antara
SD yang berhasil dan SD yang tidak berhasil. Beberapa unsur dari sistem ini
adalah harapan guru terhadap performasi siswa, usaha pengajaran, dan performasi
siswa. Masing-masing unsur ini saling memengaruhi dan berubah sepanjang waktu.
4. Kesalahan dalam Penelitian Korelasional
Kesalahan-kesalahan yang kadang-kadang dilakukan oleh peneliti
dalam
penelitian korelasional adalah sebagai berikut :
a) Peneliti berasumsi bahwa korelasi merupakan bukti sebab akibat
b) Peneliti bertumpu pada pendekatan sekali tembak (shotgun approach)
c) Peneliti memilih statistik yang tidak tepat
d) Peneliti menggunakan analisis bivariat ketika multivariat yang
lebih tepat
e) Peneliti tidak melakukan studi validitas silang
f) Peneliti menggunakan analisis jalur atau LISER tanpa peninjauan
asumsi-asumsi (teori)
g) Peneliti gagal menentukan suatu variabel kausal penting dalam
perencanaan suatu analisis jalur
h) Peneliti salah tafsir terhadap signifikansi praktis atau statistik
dalam suatu studi.
5. Kelebihan dan Kelemahan Penelitian Korelasional
Penelitian korelasional
mengandung kelebihan-kelebihan antara lain:
Kemampuanya untuk
menyelidiki hubungan antara beberapa variabel secara bersama-sama (simultan);
dan penelitian korelasional juga dapat memberikan informasi tentang derajat
kekuatan hubungan antara variabel-variabel yang diteliti (Abidin, 2010).
Selanjutnya, Sukardi menambahkan kelebihan penelitian ini adalah penelitian ini
berguna untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan bidang pendidikan,
ekonomi, sosial. Dengan penelitian ini juga memungkinkan untuk menyelidiki
beberapa variabel untuk diselidiki secara intensif dan penelitian ini dapat
melakukan analisis prediksi tanpa memerlukan sampel yang besar.
Sedangkan, kelemahan penelitian korelasional, antara lain:
hasilnya Cuma mengidentifikasi apa sejalan dengan apa, tidak mesti menunjukkan
saling hubungan yang bersifat kausal; jika dibandingkan dengan penelitian
eksperimental, penelitian korelasional itu kurang tertib-ketat, karena kurang
melakukan kontrol terhadap variabel-variabel bebas; pola saling hubungan itu
sering tak menentu dan kabur; sering merangsang penggunanya sebagai semacam
short-gun approach, yaitu memasukan berbagai data tanpa pilih-pilih dan
menggunakan setiap interpretasi yang berguna atau bermakna. (Abidin,2010).
6. Contoh Penelitian Korelasional
Penelitian yang dilakukan oleh Rusmini, bidang Manajemen
Pendidikan pada tahun 2003, sebagai berikut:
Judul Penelitian : Kualitas
Pelayanan Karyawan Administrasi Akademik, Survey di Politeknik Kesehatan
Jakarta (2003)
Masalah Penelitian :
a) Apakah terdapat hubungan pengetahuan administrasi akademik dengan kualitas
pelayaanan karyawan?
b) Apakah terdapat hubungan komunikasi interpersonal dengan kualitas pelayanan
karyawan?
c) Apakah terdapat hubungan kemampuan berpikir mekanik dengan
kualitas pelayanan karyawan?
d) Apakah terdapat hubungan pengetahuan administrasi akademik,
komunikasi interpersonal, dan kemampuan berfikir mekanik dengan kualitas
pelayanan karyawan? (Rusmini,2004:5)
Kajian Teoristis :
Teori-teori yang dikemukakan dalam penelitian ini menyangkut
variabel penelitian yang meliputi kualitas pelayanan, pengetahuan administrasi
akademik, komunikasi interpersonal, dan kemampuan berfikir mekanik.
a) Kualitas Pelayanan
Berdasarkan teori-teori yang dideskripsikan, penelitian
menyimpulkan bahwa kualitas pelayanan karyawan adalah “keseluruhan hasil
kegiatan karyawan yang dilakukan dengan penuh tanggung jawab, sesuai dengan
pedoman atau peraturan yang telah ditetapkan untuk memenuhi harapan pelanggan
dengan indicator kepedulian karyawan dan kepuasan pelanggan” (Rusmini,2004:9).
b) Pengetahuan Administrasi Akademik
Berdasarkan teori-teori yang dideskripsikan, peneliti menyimpulkan
bahwa pengetahuan administrasi akademik adalah “segenap pengetahuan yang
diketahui karyawan tentang konsep, fakta dan prinsip-prinsip kegiatan dalam
pelayanan yang berhubungan dengan administrasi akademik yang meliputi bidang
pengajaran, kemahasiswaan, media kependidikan, perpustakaan, laboratorium dan
perbengkelan” (Rusmini, 2004:15)
c) Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal disimpulkan penelitian berdasarkan
teori-teori yang dideskripsikan sebagai “interaksi antara pemberi dan penerima
informasi atau pesan baik menggunakan alat ataupun tanpa bantuan alat yang
dapat menunjang kegiatan akademik dengan indikator penyampaian dan penerima
pesan, kerja sama, dan umpan balik”(Rusmini, 2004:18)
d) Kemampuan Berfikir
Kemampuan berfikir mekanik disimpulkan peneliti berdasarkan kajian
teoris sebagai “kesanggupan seseorang dalam menuangkan gagasan yang berkaitan
dengan masalah mekanik dengan indikator penyusun konsep tentang penggunaan
alat-alat mekanik, penerapan prinsip-prinsip fisika mekanik, dan pemecahan masalah
mekanik” (Rusmini, 3004:210).
e) Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teoristis dan penyusunan kerangka berfikir
tentang asumsi hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat baik
secara terpisah maupun secara bersama-sama, maka peneliti mengajukan hipotesis
penelitian sebagai berikut :
1) Terdapat hubungan positif antara pengetahuan administrasi akademik
dan kualitas pelayanan
2) Terdapat hubungan positif antara komunikasi interpersonal dan kualitas
pelayanan
3) Terdapat hubungan positif antara kemampuan berfkir mekanik dengan kualitas
pelayanan
4) Terdapat hubungan positif antara pengetahuan administrasi
akademik, komunikasi interpersonal dan kemampuan berfikir mekanik secara bersama-sama
dengan kualitas pelayanan (Rusmini,2004: 22).
Metodologi Penelitian :
Penelitian menggunakan metode survei dengan pendekatan
korelasional. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengetahuan
administrasi akademik (X1), komunikasi interpersonal (X2), dan kemampuan berpikir
mekanik (X3). Sementara itu, variabel terikatnya adalah kualitas pelayanan
(Y).
Penelitian ini dilakukan di politeknik Kesehatan Jakarta II dengan
unit analisis karyawan administrasi akademik. Penelitian ini dilakukan mulai
dari bulan januari sampai dengan juli 2003.
Pengambilan sampel sebanyak 60 karyawan dilakukan secara acak dari
populasi karyawan administrasi akademik di Politeknik Kesehatan Jakarta II yang
berjumlah 121 orang dengan tingkat pendidikan SMA.
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dari keempat
variabel adalah daftar pernyataan dan pertanyaan. Kualitas pelayanan karyawan
sebagai variabel terkait didasarkan pada penilaian mahasiswa, dengan cara
masing-masing karyawan dinilai oleh tiga orang mahasiswa (rater). Rater dipilih
secara acak sederhana. Skor kualitas pelayanan karyawan diperoleh berdasarkan
skor rata-rata dari ketiga penilai.
Teknik analisis data korelasi parsial
dimana sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji
persyaratan analisis berupa uji normalitas dan uji homogenitas.
Hasil Penelitian :
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis penelitian, maka temuan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara
pengetahuan administrasi akademik dan kualitas pelayanan.
b) Terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara komunikasi
interpersonal dan kualitas pelayanan.
c) Terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara kemampuan
berpikir mekanik dengan kualitas pelayanan.
d) Terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara
pengetahuan administrasi akademik, komunikasi interpersonal, dan kemampuan
berfikir mekanik secara bersama-sama dengan kualitas pelayanan (Rusmini, 2004
:25-29).
Dengan demikian, penelitian menyimpulkan bahwa kualitas pelayanan karyawan
di Politeknik Kesehatan Jakarta II dapat ditingkatkan dengan mengembangkan
pengetahuan administrasi akademik, komunikasi interpersonal, dan berpikir
mekanik (Rusmini, 2004:30).
0 comments:
Post a Comment