Sunday, March 16, 2025

Rendra antara Benci dan Rindu




Di ujung senja, saat mentari menjatuhkan jingga-jingga lembutnya, Rendra duduk di balkon, memandang ke arah kota yang mulai meredup. Setiap malam, dia selalu duduk di sini, di tempat yang dulu menjadi saksi bisu kebahagiaan mereka.

 

Kenangan tentang Anya, kekasihnya, menerpa bagaikan ombak di lautan yang tak berujung. Senyum Anya, tawa Anya, sentuhan lembut tangannya, semua terasa begitu nyata.

 

Rendra mencoba untuk membenci Anya, melupakan gadis yang telah memutuskan untuk pergi itu. Dia mencoba untuk marah, kecewa, dendam. Dia memaksa dirinya untuk mengingat semua kesalahan Anya, semua kekurangannya, berharap itu bisa melunturkan rasa cinta yang masih bercokol di hatinya.

 

Namun, tak ada yang berhasil. Setiap kali Rendra mencoba untuk membenci Anya, bayangannya justru semakin kuat, semakin nyata. Rindu yang tak kunjung padam justru semakin menyala, membakarnya dari dalam.

 

"Kenapa kamu selalu ada di pikiranku?" gumam Rendra, suaranya terdengar lirih. "Kenapa aku tak bisa melupakanmu?"

 

Rendra menghela napas, kepalanya tertunduk, matanya menatap ke arah lantai. Rasa sakit yang tak terlukiskan menghujam dadanya, seakan menggerogoti jiwanya.

 

Di malam hari, Rendra mencoba untuk menyibukkan dirinya dengan pekerjaan. Dia menghabiskan waktu di kantor, berusaha untuk melupakan Anya dengan bekerja keras.

 

Namun, tak peduli sekeras apa dia mencoba, wajah Anya tetap terbayang di setiap lembar dokumen yang dia baca, di setiap kode program yang dia kerjakan.

 

Saat malam tiba, Rendra pulang ke rumah, kembali ke balkon yang menjadi saksi bisu kisah cintanya. Di balkon itu, dia kembali meratapi kepergian Anya, kembali merindukan sentuhan lembutnya, kembali merasakan sakit yang tak kunjung sembuh.

 

"Kapan aku bisa melupakanmu?" bisik Rendra, matanya menatap ke arah langit yang dihiasi bintang-bintang yang tak berkedip.

 

Malam demi malam, Rendra terus bergulat dengan perasaannya. Dia ingin membenci, ingin melupakan, tapi hati dan jiwanya menolak untuk melepaskan Anya. Rendra terjebak dalam lingkaran setan, tersiksa oleh rindu yang tak kunjung padam.

 

Di suatu malam, saat Rendra kembali duduk di balkon, tiba-tiba hujan turun dengan deras. Tetesan air hujan membasahi wajahnya, membasuh jiwa yang kering kerontang.

 

Rendra terdiam, merasakan air hujan mengalir di pipinya, seakan meneteskan semua rasa sakit yang selama ini dia pendam. Di tengah hujan, Rendra menyadari satu hal: membenci Anya tak akan pernah membuatnya bahagia, melupakan Anya tak akan pernah menghilangkan rasa sakit yang dia rasakan.

 

Rendra memutuskan untuk menerima kenyataan. Dia menerima bahwa dia masih mencintai Anya, bahwa dia masih merindukannya. Dia berjanji akan terus mencintai Anya, meski Anya tak lagi bersamanya.

 

Rendra berjanji untuk menyimpan semua kenangan indah tentang Anya di dalam hatinya, sebagai bukti bahwa dia pernah merasakan cinta yang begitu dalam, cinta yang tak akan pernah bisa dilupakan.

 

Di tengah rintikan hujan yang semakin deras, Rendra tersenyum, air mata mengalir di pipinya, bukan lagi air mata kesedihan, tapi air mata kelegaan. Dia akhirnya bisa menerima dirinya sendiri, menerima bahwa dia masih mencintai Anya, dan itu tak apa-apa.

Tuesday, March 11, 2025

Kisah Nabi Zakaria Mengenai Pelajaran tentang Harapan dan Kesabaran

        

    Dalam kehidupan ini, sering kali kita dihadapkan pada situasi di mana apa yang kita inginkan tidak kunjung tercapai. Seperti yang disampaikan dalam khutbah, banyak di antara kita yang berharap memperoleh kekayaan, kesehatan, atau keturunan, namun semua itu mungkin belum diberikan oleh Allah. Hal ini mengingatkan kita pada kisah Nabi Zakaria alaihis salam, yang juga mengalami hal serupa.


       Nabi Zakaria, seorang nabi yang sangat saleh, mendambakan keturunan untuk meneruskan amanah dakwah yang dipercayakan kepadanya. Meskipun ia telah berdoa dan memohon kepada Allah selama bertahun-tahun, ia belum juga dikaruniai seorang anak. Namun, meski usianya bertambah tua dan keadaan istrinya yang mandul, ia tidak pernah berputus asa. Dalam doanya, ia menyatakan, "Ya Allah, tulangku telah melemah dan rambutku telah memutih, tetapi aku tidak pernah merasakan kecewa dalam berdoa kepada-Mu.
    

    Kisah Nabi Zakaria mengajarkan kita tentang tiga sifat yang harus dimiliki agar doa kita didengar dan dikabulkan oleh Allah:

  1. Bersegara dalam Kebaikan**: Nabi Zakaria dan keluarganya dikenal sebagai orang-orang yang senantiasa bersegera dalam melakukan kebaikan. Allah memerintahkan kita untuk berlomba-lomba dalam berbuat baik, dan Allah menjanjikan balasan bagi mereka yang melakukannya.
  1. Doa dengan Harapan dan Rasa Takut**: Ketika berdoa, Nabi Zakaria melakukannya dengan penuh harapan dan rasa takut akan siksaan Allah. Ia tahu bahwa hanya Allah-lah yang dapat memenuhi semua harapannya. Ini menunjukkan pentingnya bersikap tawadhu dan merendahkan diri di hadapan Allah.
  1. Khusyuk dalam Ibadah**: Sifat ketiga yang dimiliki Nabi Zakaria adalah kekhusyukan. Ia tunduk dan rendah hati di hadapan Allah, menyadari bahwa dirinya adalah hamba yang sepenuhnya bergantung kepada-Nya. Ini adalah pengingat bagi kita bahwa kita semua adalah makhluk yang membutuhkan Allah dalam setiap aspek kehidupan kita.

    Akhirnya, Allah mengabulkan doa Nabi Zakaria dengan mengaruniakan seorang putra, Yahya, yang kelak menjadi nabi. Ini adalah bukti bahwa Allah tidak akan pernah mengecewakan hamba-Nya yang sabar dan tidak pernah putus asa.


Thursday, February 27, 2025

SESUNGGUHNYA AMAL ITU TERGANTUNG NIATNYA

Ikhlas adalah kunci dari setiap kebaikan. Tanpa ikhlas, amal yang kita lakukan hanyalah debu yang tak berharga. Menjaga keikhlasan bukan hanya saat beramal, tapi juga setelahnya, bahkan hingga akhir hayat.Salah satu penyakit hati yang dapat menggerogoti pahala amal adalah ria. Ria bisa terjadi karena keinginan dipuji, mendapat penghargaan, atau ketidakstabilan emosi saat diremehkan.  orang yang ria bisa saja merahasiakan kebaikannya, namun terpancing untuk mengungkapkannya saat diremehkan.

 

Ujian keikhlasan datang saat kita diremehkan, namun tetap menjaga keikhlasan amal. Menjaga keikhlasan hingga akhir hayat adalah tanda Husnul Khatimah, yaitu akhir hayat yang baik. Sebaliknya, Suul Khatimah adalah akhir hayat yang buruk, seperti kufur, sombong, dan ria. Suul Khatimah dapat menguras semua pahala amal yang telah kita kumpulkan.

 

Cara melibatkan Allah adalah dengan meniatkan semua perbuatan karena Allah, bukan hanya untuk mendapatkan pahala  contoh kisah Nabi Zakaria yang berdoa panjang untuk mendapatkan anak, namun baru dikabulkan setelah mengaitkan keinginannya dengan Allah. kita harus jujur kepada Allah dalam segala hal. Cara jujur adalah dengan bertanya kepada diri sendiri, apakah perbuatan kita ada hubungannya dengan Allah? Jika ada, Allah akan memberikan keajaiban dan pertolongann

Kunci dari semua ini adalah niat. Niatkan semua perbuatan karena Allah, bukan karena ingin dipuji, mendapatkan keuntungan, atau alasan lainnya. Allah mengetahui isi hati kita, maka kita harus jujur dalam niat


Tuesday, December 28, 2021

MARI MENGENAL STUNTING


 

Wednesday, September 16, 2020

MANFAAT KB


 

Thursday, March 7, 2019

NABUNG SAHAM SIAPA TAKUT?




Hai sobat Sudah lama  saya tidak update blog ini  karena terjebak rutinitas kantor, maklum masih karyawan pegi pagi pulang  sore he,,,he.... . Oh ya sejak awal bulan Januari  Tahun 2019 saya tertarik masuk dunia lain yaitu dunia pasa modal.  Motavasinya sederhana saya hanya ingin keluar dari zona nyaman dan  ingin  di usia 40 tahun sudah bebas finasial.

Monday, May 21, 2018

TekniK Bergaul menurut Ilmu NLP



       Dalam hidup  bermasyarakat kita berhadapan  dengan berhadapan dengan macam karakter orang.  Bagi orang marketing alias pemasaran  mau tidak mau harus belajar karakterdan kepribadian seseorang sehingga barang yang ditawarkannya menjadi laku di pasaran. Begitu pula kaum muda mudi yang sedang kasmaran dan melakukan pendekatan "PDKT" dalam upaya untuk memahami kepribadian target sehingga tercapai tujuan akhirnya yakni untuk mendapatkan cintanya.